Senin, 28 Juni 2010

HAMBA ALLAH

“Dan berbuat baiklah krn sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yg berbuat baik.” . Ali bin al-Husain memiliki hamba sahaya perempuan. Suatu hari sang budak menuangkan air wudu untuknya. Tanpa disengaja ceret tempat air wudhu jatuh menimba wajah Ali hingga terluka. Ali Zainal Abidin dgn marah menatap wajah sang budak. Merasa bersalah sang budak berkata “Sesungguhnya Allah berfirman ‘Wal kaazimiinal ghaidl’ .” Ali menjawab “Aku telah menahan amarahku.”Hamba sahaya berkata lagi “Wal ‘aafiina ‘anin nas” . Ali menimpali “Semoga Allah memaafkan kamu.”Ia berkata lagi “Wallahu yuhibbul muhsiniin” .Ali membalas “Engkau telah kubebaskan krn Allah Azza wa Jalla.” . Subhanallah! sungguh sebuah sikap yg mengagumkan. Amarah yg berhenti dalam sekejab krn dibacakan ayat disusul pemberiaan maaf bahkan pembebasan budak krn dorongan berbuat ihsan. Tercermin sebuah kematangan emosi pengagungan akan ayat Allah dan sikap memilih dan melakukan yg terbaik . Itulah profil muslim. Karena Islam dibangun di atas tiga pilar Islam iman dan ihsan. “Tadi adl Malaikat Jibril yg datang kepada kalian utk mengajarkan persoalan din kepada kalian.” Itulah jawaban Rasulullah ketika malaikat datang dan bertanya perihal Islam iman dan ihsan. Jadi dinul Islam dibangun di atas ketiganya. Perbuatan ihsan itu banyak bentuk dan ragamnya. Ihsan dalam hal ibadah seperti jawaban Rasulullah saw. kepada Jibril “Ihsan adl hendaklah engkau beribadah kepada Allah seperti engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak bisa melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu.” . Ihsan dalam ibadah adl adanya rasa selalu diawasi Allah Taala ketika menunaikannya seolah ia melihat Allah atau minimal merasakan bahwa Allah melihatnya. Untuk itu harus dilakukan dgn menyempurnakan syarat rukun sunah dan tata-caranya. Karena ibadah tidak akan dilihat oleh Allah jika menyelisihi tata-cara yg disyariatkan. Demikian ditulis oleh Abu Bakar al-Jazairi dalam Minhajul Muslim. Beliau juga menilis bentuk-bentuk berbuat ihsan dalam bidang muamalah misalnya dgn berbuat baik kepada orang tua sanak keluarga anak yatim orang miskin musafir pembantu manusia secara umum dan hewan seperti tersebut dibawah ini. Berbuat baik kepada orang tua bisa dgn menaatinya memberikan kebaikan kepada keduanya tidak menyakiti keduanya mendoakan keduanya memintakan ampun utk keduanya melaksanakan wasiat-wasiat keduanya dan menghormati teman-teman keduanya. Berbuat baik kepada sanak keluarga misalnya dgn menyayangi mereka lemah lembut terhadap mereka mengerjakan perbuatan baik bersama mereka tidak melakukan tindakan-tindakan yg menyusahkan mereka dan tidak menjelek-jelakkan ucapan mereka. Berbuat baik kepada anak yatim ialah dgn menjaga harta mereka melindungi hak-hak mereka mendidik mereka membina mereka tidak menyakiti mereka tidak memaksa mereka ceria di depan mereka dan mengusap kepala mereka. Berbuat baik kepada orang-orang miskin adl dgn menghilangkan kelaparan mereka menutup aurat mereka menganjurkan manusia memberi makan kepada mereka tidak mencaci kehormatan mereka tidak menghina mereka dan tidak menimpakan kesusahan kepada mereka. Berbuat baik kepada musafir ialah dgn memenuhi kebutuhannya menutup aibnya menjaga hartanya melindungi kemuliannya memberinya petunjuk jika ia meminta petunjuk dan menunjukkannya jika tersesat. Berbuat baik kepada pembantu adl dgn menggajinya sebelum keringatnya kering tidak menyuruhnya mengerjakan pekerjaan yg tidak mampu dikerjakan menjaga kemuliaannya dan menghormati kepribadiannya. Jika pembantu tersebut menetap di rumah yg dibantu baginya memberi makan seperti yg ia makan memberi pakaian seperti yg ia kenakan. Berbuat baik kepada manusia secara umum antara lain dgn berkata lembut kepada mereka mempergauli mereka dgn pergaulan yg baik setelah sebelumnya menyuruh mereka kepada kebaikan melarang mereka dari kemungkaran memberi petunjuk kepada orang yg tersesat di antara mereka mengajari orang jahil di antara mereka mengakui hak-hak mereka tidak mengganggu mereka dgn mengerjakan tindakan yg membahayakan mereka dan lain sebagainya. Berbuat baik kepada hewan adl dgn memberinya makan jika lapar mengobatinya jika sakit tidak membebani dgn muatan yg tidak mampu ditanggungnya lemah lembut terhadapnya jika bekerja dan mengistirahatkannya jika lelah. Begitulah bentuk-bentuk ihsan. Semoga kita tergolong dalam barisan muhsinin yg dicintai Allah seperti dalam firman di atas “Dan berbuat baiklah krn sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yg berbuat baik.” . Wallahu a’lam bish shawab.
sumber file al_islam.chm Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009

Sudah Cukupkah Kita Berbuat Baik?


Wednesday, 30 January 2008
oleh: Nina Susilo (FS 1998)
Tulisan ini disadur dari terjemahan Indonesia buku Liberation in the Palm of Your Hand, A Concise Discourse on the Path to Enlightenment, hari pertama.

Banyak yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna. Pendapat itu tidak salah. Dalam Buddhisme, pendapat itu berarti lebih dalam dan manusia bukan hanya sekadar makhluk sempurna. Kelahiran dengan tubuh manusia merupakan kondisi yang sangat menguntungkan karena dengan kelahiran ini, kita dapat merasakan kesenangan dan kesedihan serta dapat berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Tentu bentuk kelahiran yang optimal ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Mengapa kelahiran sebagai manusia itu sangat berharga dan menguntungkan? Saat terlahir sebagai binatang, misalnya sebagai anjing, semut, atau makhluk lain, kita tidak akan sempat memikirkan bagaimana kita mencapai kehidupan yang lebih baik, bagaimana lepas dari samsara, atau bagaimana makhluk lain menderita. Mari amati kehidupan binatang di sekitar kita, misalnya anjing peliharaan kita, semut, atau yang lain. Amatilah bagaimana anjing kita tidur, makan, berhubungan dengan binatang sejenis atau yang lain. Demikian juga semut kecil yang ada di dinding atau di meja makan. Sebenarnya mereka hidup dalam ketakutan. Berbagai bahaya baik dari alam, manusia, atau bintang lain mengancam.

Demikian juga bila kita terlahir sebagai dewa dengan segala pemenuhan keinginan. Kondisi itu demikian menyenangkan dan membuat kita lengah. Kita tidak merasa bahwa kondisi itu tidak kekal. Kesenangan yang tersedia juga dapat menimbulkan nafsu yang tidak terkendali. Akhirnya saat buah karma baik habis, yang tersisa adalah karma buruk dan kita jatuh ke alam yang lebih rendah.

Dengan memikirkan hal-hal yang dapat terjadi pada kelahiran-kelahiran selain manusia, terlihat bahwa kelahiran sebagai manusia adalah yang paling sempurna. Apalagi kita telah mendapat kondisi yang sangat baik, mengenal Dharma yang berharga.

Kondisi yang demikian menguntungkan itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kesempatan yang sedemikian baik, bila tidak digunakan untuk tujuan akhir yang bajik, tentu merupakan kerugian yang besar sekali. Pelindung Shantideva mengatakan:
Tiada penipuan terhadap diri sendiri yang lebih buruk lagi,
Setelah mendapatkan kesempatan yang demikian,
Tidak menggunakannya untuk tujuan akhir yang bajik,
Tiada yang lebih buta lagi.

Selain itu kita semua pasti akan mengalami kematian dan kita tidak dapat memastikan kapan kematian itu datang. Kita juga tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi setelah itu. Kita tidak tahu kapan kematian itu datang. Kita juga tidak tahu apakah kita akan terlahir sebagai setan kelaparan yang tidak dapat makan atau minum sedikitpun, atau sebagai hewan yang bertanduk, atau di neraka yang menyiksa.

Kemungkin tujuan kelahiran kembali hanya dua, ke alam-alam yang lebih tinggi atau ke alam-alam yang lebih rendah. Mungkin ini terasa sebagai sesuatu yang jauh. Namun perbedaan kita dengan alam-alam tersebut hanya fakta bahwa kita masih menarik nafas. Sementara kehidupan ini harus kita sadari seperti api lilin yang diterpa angin di halaman. Waktu terus berjalan dan kita masih saja membuang-buang waktu.

Yang sangat klasik adalah bahwa kita harus melakukan perbuatan bajik agar terlahir di alam-alam yang baik dan menghindari perbuatan buruk agar terhindar dari alam-alam rendah. Namun sudahkah kita melakukannya? Apakah perbuatan bajik kita cukup banyak dan cukup berkualitas untuk membawa kita lepas dari kelahiran di alam-alam menyedihkan? Atau apakah kita sudah melakukan perbuatan buruk sedemikian banyaknya?

Mari kita menimbang-nimbang seberapa banyak perbuatan baik kita dan seberapa yang buruk? Mana yang lebih dominan?

Kita memiliki campuran perbuatan baik dan buruk pada arus mental kita. Yang lebih dominan dari kedua hal tersebut akan terpicu oleh kemelekatan kita saat kita mati. Bila kita terlahir sebagai manusia pun karma tersebut akan mendorong kondisi yang akan kita terima dalam kelahiran tersebut.

Kualitas perbuatan kita ditentukan oleh motivasi, perbuatan itu sendiri, dan tahap akhirnya. Mungkin kita berpikir hanya melakukan sedikit perbuatan baik, namun sangat mungkin kekuatannya besar sekali.

Mari kita ambil sebuah contoh. Misalkan Anda memarahi murid-muridmu. Anda termotivasi oleh kebencian yang kuat dan mengenai perbuatannya. Anda menggunakan kata-kata terkasar yang akan benar-benar menyakiti mereka. Dan pada tahap akhir, Anda merasa bangga dan berpendapat bahwa Anda hebat. Ketiga bagian ini - motivasi, perbuatan, dan tahap akhirnya tidak dapat dilakukan dengan lebih baik lagi. Misalnya Anda membunuh serangga. Motivasimu adalah kebencian yang kuat. Anda melumat serangga tersebut di antara jari-jarimu, menahannya sebentar, dan akhirnya Anda membunuh serangga tersebut. Untuk tahap akhirnya, Anda menjadi sangat sombong dan Anda merasa sangat diuntungkan oleh perbuatan tersebut. Ketidakbajikan ini telah menjadi luar biasa kuatnya. Kita mungkin berpikir kebajikan kita sangat kuat, namun kenyataannya kebajikan kita sangat lemah. Motivasi, perbuatan (bagian utama dari perbuatan), dan tahap akhir (mendedikasikan kebajikan, dsb) harus dilakukan secara murni agar kebajikan itu menjadi sangat kuat. Motivasi yang terbaik adalah pikiran untuk mencapai keBuddhaan yang lengkap sempurna demi semua makhluk (bodhicitta). Dapat juga dengan motivasi melepaskan diri dari samsara atau menghilangkan kemelekatan. Biasanya kita berbuat sesuatau untuk mendapatkan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak penting dalam kehidupan ini.

Pada bagian utama, bila perbuatan tersebut kita lakukan hanya sebagai rutinitas, misalnya saat kita mengulangi mantra Om Mani Padme Hum tanpa berkonsentrasi secara penuh, dengan pikiran tertidur, atau terganggu, ini tidak menjadikannya perbuatan baik yang berkualitas. Dan pada tahap akhir, ketika kita membuat doa penutup atau dedikasi, mungkin saja kita terjatuh dan mengarahkan kebajikan kita kepada kehidupan ini saja. Atau kita tidak mendedikasikan perbuatan bajik yang dilakukan. Ini menjadikan kebajikan yang telah dilakukan menjadi lemah.

Dengan mengetahui sampai seberapa jauh praktek yang kita lakukan, kita dapat menghayati dan menyesuaikan dengan yang dibutuhkan batin kita. Selanjutnya kita memikirkan mengapa kita berpraktek Dharma, atau berlatih sebanyak-banyaknya, mengapa kita memupuk kebajikan. Dengan pikiran tersebut, kita berusaha untuk tidak lengah dan tidak membuang-buang waktu untuk memanfaatkan kelahiran yang sangat menguntungkan dan menggunakan berkah ini untuk mengumpulkan kebajikan dan menghimpun kebijaksanaan.

Semoga dengan jasa dan kebaikan membaca Dhamma yang mulia ini semua makhluk bebas dari segala bentuk penderitaan dan mendapatkan kebahagiaan.


Kegelisahan dan Ketakutan Manusia


Wednesday, 30 January 2008
oleh: Ven. K. Sri Dhammananda
Kehidupan manusia sekarang ini semakin maju, didukung dengan teknologi yang semakin memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitas dan kehidupannya sehari-hari. Gerak manusia semakin cepat, setiap aktivitas yang dikerjakan dikontrol oleh agenda yang senantiasa dibawa serta, mereka merasa selalu diburu waktu seakan waktu 24 jam sehari tidaklah cukup. Kehidupan seakan berjalan seperti rutinitas yang senantiasa harus dilakukan untuk mencapai 'tujuan hidup', tanpa menyampingkan hal lain, seperti kesehatan dan kebutuhan spiritual, hanya terfokus pada pekerjaan dengan dipenuhi oleh pikiran kesenangan yang akan didapat di masa yang akan datang.

Di balik itu semua, secara jujur, maukah Anda mengakui bahwa Anda merasa gelisah? Apakah kadang Anda merasa takut dan susah hati menjalani hidup yang itu-itu saja? Kalau jawabannya 'ya', jangan khawatir, karena itu adalah hal yang wajar dialami oleh manusia bahkan mungkin sampai saat kematian menghampirinya.

Kegelisahan dan kesedihan merupakan suatu kejahatan kembar yang datang beriringan dan bergandengan. Mereka hidup bersama-sama di dunia ini. Jika Anda gelisah, maka Anda akan merasa susah dan sedih, begitu pun sebaliknya. Kadangkala kita berupaya untuk menghindari mereka, lari dari kenyataan, tetapi tetap saja mereka akan senantiasa hadir dalam diri kita. Kejahatan kembar ini bukan untuk dihindari, tetapi bukan berarti kita membiarkan mereka untuk mengalahkan kita. Kita harus mengatasi mereka dengan usaha kita sendiri, dengan kemantapan hati dan kesabaran, dengan pengertian benar dan kebijaksanaan.

Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui khayalan yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih.

Sang Buddha bersabda, "Di mana pun rasa ketakutan muncul, ia hanya akan muncul pada orang yang bodoh, tidak pada orang yang bijaksana." Ketakutan tidaklah lebih dari keadaan pikiran yang dapat menjadi subyek untuk mengendalikan dan memimpin, penyalahgunaan pikiranlah yang menghasilkan ketakutan, penggunaan yang benar akan mewujudkan harapan dan cita-cita dan dalam hal ini pikiran sepenuhnya tergantung pada diri kira sendiri.

Ada pepatah yang berbunyi, "Alam telah menganugerahi manusia untuk dapat mengendalikan seluruh isinya, kecuali satu hal, yaitu pikiran." Kenyataan ini diperkuat dengan kenyataan tambahan bahwa segala sesuatu yang diciptakan manusia dimulai dalam bentuk pikiran, hal ini menuntun kita untuk menyadari bahwa ketakutan dapat diatasi. Rasa ketakutan, kegelisahan, dan kecemasan yang tidak berlebihan merupakan naluri alamiah untuk menjaga diri, tetapi jika berlebihan akan menjadi musuh bagi manusia itu sendiri.

Seorang ahli anatomi terkemuka dari Inggris suatu ketika ditanya oleh muridnya tentang obat terbaik untuk mengatasi ketakutan, dan jawabnya adalah, "Cobalah untuk mengerjakan sesuatu untuk orang lain." Murid tersebut merasa heran atas jawaban yang diberikan, kemudian sang guru meneruskan, "Anda tidak dapat memiliki dua pikiran yang berlawanan pada waktu yang sama, salah satu pikiran akan mengusir pikiran yang lain. Jika suatu saat pikiran sedang terpusat untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan apa pun, maka rasa ketakutan tidak akan muncul di dalam pikiran pada waktu yang sama."

Hal-hal berikut bisa kita sadari dan mungkin dilakukan untuk melatih pikiran kita agar kita tidak memberikan kesempatan kepada kejahatan kembar untuk menumpangi pikiran kita:

- Jangan bertentangan dengan hukum alam.
Hiduplah sesuai dengan hukum alam, mengikuti jalan kehidupan yang benar dan melakukan jasa-jasa dan kebaikan. Mungkin Anda adalah manusia modern yang sangat sibuk, tetapi sisihkanlah waktu Anda walaupun sedikit untuk membaca buku-buku yang bernilai. Kebiasaan ini akan memungkinkan Anda untuk melupakan kecemasan dan mengembangkan batin. Jangan lupa bahwa Anda juga merupakan makhluk beragama, sisihkan waktu untuk menunaikan kewajiban agama, seperti membaca parita suci.

- Kenalilah lingkunganmu.
Kita tidak dapat menyelami kehidupan orang lain yang sesungguhnya, seperti mengerti kehidupan orang lain yang tingkat sosial ekonominya berbeda dengan kita. Jika kita sehat, kita tidak dapat mengetahui bagaimana rasanya sakit atau cacat. Kurangnya pengalaman seperti itu membuat rasa toleransi kita kurang karena toleransi lahir hanya dari pengertian, sedangkan pengertian tidak dapat timbul tanpa adanya pengalaman. Karena itu, mendapatkan pengalaman sebanyak mungkin dari semua segi kehidupan merupakan hal yang baik dan menyadari bahwa kita tidak selalu hidup dalam keadaan mewah.

- Ketidakbahagiaan manusia.
Sang Buddha mengajarkan bahwa ketidakbahgiaan datang dari keinginan yang rendah, egois, hanya mempedulikan diri sendiri, dan jika tidak terpenuhi, maka akan menyebabkan kesusahan dan kegelisahan. Cara untuk menghindari kegelisahan itu adalah dengan menyingkirkan semua keinginan rendah yang menyebabkannya. Sesungguhnya kita bukan menikmati kesenangan tetapi dikuasai oleh kesenangan itu.

- Waktu akan menyelesaikan masalah.
Apa pun kesulitan kita, bagaimanapun beratnya, semuanya dapat diselesaikan oleh berlangsungnya waktu. Sadarilah bahwa kesulitan itu ada akhirnya, jangan menyita waktu kita hanya untuk memikirkan masalah yang berlarut-larut, lebih baik memikirkan hal lain yang lebih bermanfaat.

- Kebahagiaan dan materialisme.
Kebahagiaan tidak dapat dipenuhi hanya dengan materi, kekayaan tidak dapat dibawa serta ketika kita mati. Hal ini bukan berarti seseorang tidak boleh mencari kekayaan, tetapi jangan melekat padanya dan carilah dengan cara yang benar, jangan dengan berjudi atau menindas orang lain. Sang Buddha bersabda, "Diberkatilah mereka yang mencari nafkah tanpa merugikan orang lain."

- Kendalikan pikiran.
Pikiran manusia sangat mempengaruhi badan jasmaninya. Jika pikiran dibiarkan berfungsi tidak benar, maka pikiran tersebut dapat menyebabkan sakit pada tubuhnya, dan besar kegunaan yang dihasilkannya bila pikiran dipusatkan pada hal-hal yang benar yang berujung pada keseimbangan dan ketenangan. Sang Buddha bersabda, "Tidak ada musuh dapat mencelakakan seseorang sampai separah yang disebabkan oleh pikiran yang jahat, kejam, membenci, dan iri hati."

- Bertindaklah bijaksana.
Manusia seharusnya menyadari bilamana ia sedang lemah, atau bila ia cukup berani untuk menghadapi ketakutan, besar hati dan keras hati di dalam mempertahankan kejujuran, tetapi bersikap rendah hati dan lemah lembut di dalam kemenangan.

- Kerendahan hati.
Kerendahan hati merupakan ciri dari orang yang berbudi dan patokan untuk mempelajari perbedaan antara yang ada dan yang belum terjadi. Sang Buddha sendiri memulai kepemimpinannya dengan membuang atribut kebangsawanannya dan dalam pengungkapan atau perumpamaan yang seringkali beliau katakan tidak pernah bernada sombong.

- Jangan menyia-nyiakan waktu.
Dengan menyia-nyiakan waktu, Anda akan merugikan bukan hanya diri sendiri tetapi juga orang lain, karena waktu yang Anda miliki sama banyaknya dengan waktu yang dimiliki oleh orang lain.

- Kesabaran dan toleransi.
Bersabarlah terhadap segala sesuatunya. Kemarahan akan menuntun seseorang menuju rimba yang tidak memiliki jalan setapak untuk dilalui. Kata-kata kasar bagaikan anak panah yang ditarik dari busurnya, tidak akan dapat ditarik kembali. Tanamkan sikap toleransi karena toleransi membantu menghindari keputusan yang dibuat dengan terburu-buru.

-Balaslah kejahatan dengan kebaikan.
Jangan berpandangan sempit bahwa Anda hanya dapat belajar sesuatu dari orang yang baik pada Anda, tetapi ada banyak hal yang dapat dipelajari juga dari musuh-musuh Anda. Musuh tidak akan dapat dihindari apabila kejahatan yang mereka perbuat kita balas dengan kejahatan lagi, karena jika berbuat demikian, maka makin banyak musuh yang datang. Cara yang paling baik adalah dengan memancarkan cinta kasih dan kemurahan hati kepada mereka, jika Anda merasa bahwa Anda-lah yang bersalah jangan ragu untuk meminta maaf kepadanya, niscaya pertentangan tidak akan berlanjut.

- Memiliki cinta kasih.
Jagalah diri agar senantiasa penuh dengan simpatik, ramah, dan cinta kasih yang tulus tanpa mengharapkan balasan apapun walaupun ketika teman atau orang yang Anda cintai tidak mengacuhkan kebaikan Anda. Seseorang seharusnya tidak boleh bergantung pada orang lain untuk kebahagiaannya. "Ia yang mengharapkan kepuasan dari orang lain adalah lebih hina daripada seorang pengemis yang berlutut dan menangis untuk memohon sepotong roti demi kelangsungan hidupnya."

- Menghindari makanan dan minuman yang memabukkan.
Alkohol, obat bius, ekstasi, ganja, dan lain sebagainya hanya mengakibatkan lemahnya kesadaran dan merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebagai makhluk hidup, kita harus dapat melatih pengendalian diri kita dan membedakan antara yang baik dan yang jahat.

- Uruslah urusanmu sendiri.
Sang Buddha bersabda, "Janganlah engkau memperhatikan kesalahan orang lain dan hal-hal yang dikerjakan maupun yang tidak dikerjakan oleh orang lain, karena engkau sendiri juga mempunyai kewajibanmu sendiri yang dilaksanakan maupun dilalaikan." Selain itu, Beliau juga bersabda, "Ia yang senantiasa mengamati kesalahan orang lain dan senantiasa lekas marah, maka kekotoran batinnya akan bertambah, ia akan jauh dari penghancuran kekotoran batin." Janganlah berhenti berbuat baik hanya karena dikritik, justru itu merupakan kesempatan baik untuk menemukan kelemahan yang tidak dapat ditemukan sendiri. Sebaliknya jika ingin mengkritik orang lain, lakukanlah dengan benar, jangan menambah musuh hanya karena mengkritik orang lain. "Tak pernah ada dan tidak akan pernah ada, sekarang pun tidak, bahwa seseorang terus-menerus dicela sepenuhnya, atau terus-menerus dipuji."

- Jangan cemas.
Rahasia kebahagiaan dan keberhasilan hidup terletak pada pelaksanaan apa yang patut untuk dilaksanakan sekarang, bukan mengkhawatirkan yang telah lalu dan yang akan datang. Jangan cemas hanya karena memikirkan masa depan dan jangan habiskan waktu hanya untuk menyesali hal yang telah berlalu.

- Tonggak keberhasilan.
Kegagalan merupakan tonggak keberhasilan, belajar dari kegagalan akan menuntun kita ke arah keberhasilan, dengan kegagalan membuat kita mudah menghargai kemenangan.

- Akhir yang damai.
Orang seringkali mengkhawatirkan kematian, padahal kematian bukanlah hal yang luar biasa untuk ditakuti, perasaan takut mati bersarang di dalam pikiran kita. Kemelekatan pada kehidupan di atas bumi merangsang ketidakwajaran dan ketakutan akan kematian. Ia akan hidup dalam ketakutan bahwa penyakit atau kecelakaan akan menghabisi hidupnya. Tidak ada orang yang dapat hidup bahagia dalam badai ketakutan seperti ini. Hal ini dapat diatasi dengan melupakan keakuan dalam memberikan pelayanan kepada orang lain dan mengembangkan cinta kasih. Laksanakan kewajiban dan tugas selama hidup dan hadapilah kematian dengan gagah berani dan penuh kedamaian, maka suatu saat Anda akan dapat mencapai keadaan tanpa kematian dan kebahagiaan nan abadi.

Jika kita senantiasa belajar bagaimana membahagiakan orang lain dan hanya mengisi pikiran dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat, maka kita akan selalu berada dalam suasana hati dan pikiran yang tentram dan bahagia. Hal ini disebabkan karena pikiran tidak mengizinkan kegelisahan, kesedihan, dan ketakutan menguasai kita, dan akhirnya bukan tidak mungkin jika kebahagiaan sejati dapat tercapai.

Dikutip dari: "Bagaimana Mengatasi Kesulitan Anda?", disadur oleh: Yeni
Hidup Kekal dan Hukum Alam Semesta

Wednesday, 30 January 2008
oleh: Maha Guru Ching Hai
Saudara-saudaraku, saya sangat berbahagia dan terhormat bersama kalian di sini malam ini, di universitas yang sangat tua, dihormati dan ternama di Amerika dan di dunia. Saya sudah lama mendengar dan kagum akan nama dari Harvard University. Sehingga saya merasa sangat terhormat berada di sini. Ini semuanya berkat keramahan dari bagian administrasi kampus dan juga bantuan dari Mr. Tavanty dan juga banyak bantuan dari yang lainnya. Pada saat saya melihat kalian, saya melihat kilauan wajah kalian dan pancaran kepolosan dari hati kalian, saya merasa bahagia. Sehingga saya berharap bahwa pertemuan ini, yang dimulai dengan sangat baik, akan berakhir secara luar biasa, dan saya dapat melayani kalian dengan sesuatu selama dua atau tiga jam ceramah; dan mudah-mudahan saya dapat memuaskan beberapa kerinduan kalian yang paling dalam akan Tuhan atau hakekat Kebuddhaan atau Tao, ataupun kemungkinan kalian memiliki sedikit kenangan akan siapa diri kalian atau darimana kalian berasal.

Nah, bagian dari universitas ini adalah bagian hukum. Orang-orang ke sini untuk belajar hukum negara, atau sipil, yang pada umumnya mempelajari hukum Amerika, bukankah? Hukum dari negara Amerika. Benarkah demikian? (Hadirin: Ya). Sehingga setiap negara memiliki hukum yang berbeda, tetapi pada umumnya untuk melindungi hak asasi manusia, untuk melindungi sistim ketatanegaraan di masyarakat, dan bahwa rakyat hidup bersama secara serasi. Itulah tujuan dari hukum yang ada di setiap negara. Jadi, hukum dari setiap negara tentu saja tergantung dari kebiasaan, tradisi dan harapan dari mayoritas rakyat yang tinggal di negara itu. Mereka mungkin sama-sama setuju untuk menerapkan hukum ini dan itu dalam prakteknya agar dapat melindungi kehidupan masyarakat pada umumnya. Nah, ketika kita melihat dari sisi kita sebagai manusia, hukum dibuat oleh manusia. Tetapi ketika kita melihat dari sudut pandang kerohanian yang berada di atas kemampuan manusia, maka kita adakalanya melihat, walaupun hukum dibuat oleh manusia, mereka diatur oleh semacam kekuatan yang tidak kasat mata. Kekuatan tidak kasat mata ini, kita namakan dalam Sansekerta sebagai "karma". Karma adalah merupakan bahasa Sansekerta untuk hukum sebab dan akibat. Seperti yang kita katakan di Alkitab, dalam pengertian istilah Kristianitas, "Sesuai dengan yang Anda tabur, maka akan Anda tuai." Sehingga pada saat orang-orang Kristen mempertanyakan saya bahwa hanya para Buddhis yang mempercayai karma, saya tersenyum dan mengatakan pada mereka bahwa para Kristen juga mempercayai karma.

Alam semesta ini diatur dengan Hukum Alam Semesta. Setiap agama yang baik dan agung harus mengajarkan orang mengenai hukum karma. Kalau tidak, kenapa mereka harus sibuk mengajarkan orang untuk berbuat baik dan menjadi orang baik, jika kita tidak memiliki akibatnya kemudian atau apapun juga, atau apapun juga sesudah kehidupan? Buat apa harus repot menjadi orang baik, berbuat baik? Karena jika Anda jahat, maka Anda adalah orang yang tidak baik dan penuh dosa, Anda tetap hanya memiliki kehidupan ini. Sehingga hukum karma dan juga sebagai akibatnya hukum tumimbal-lahir adalah sangat, sangat umum adanya. Dan setiap agama secara terbuka ataupun tertutup, atau maksud saya secara tidak langsung, mengajarkan jenis hukum ini. Hal ini adalah sama adanya seperti kita memiliki hukum di setiap negara untuk melindungi sistim ketatanegaraan di masyarakat. Hukum alam semesta juga demikian adanya, untuk melindungi sistim dan kebajikan dari semua makhluk di alam semesta. Jika kita hidup di suatu negara, kita harus mengetahui sedikit banyak hukum di negara itu agar dapat hidup secara serasi, juga tidak mencelakai diri kita sendiri dengan melakukan hal-hal atau dengan melanggar hukum.

Jadi, apabila kita merenungkannya, kita tidak saja hanya tinggal di satu negara, tetapi kita juga tinggal di dunia. Dan setiap negara adalah semacam ruangan di dalam tempat tinggal yang besar. Sehingga dengan demikian adalah merupakan suatu kewajiban kita, untuk dapat juga mengetahui sedikit banyak tentang hukum alam. Setelah kita mempelajari hukum di berbagai negara, kita mungkin menyadari bahwa adakalanya suatu hukum di negara ini tidak berlaku di negara lainnya. Sebagai contoh, di negara kami seperti Au Lac, atau seperti Amerika, Anda hanya dapat mempunyai seorang isteri atau seorang suami. Itu adalah hukumnya. Benarkah demikian juga di Amerika? (Hadirin: Ya) Jadi, jika Anda mempunyai yang kedua atau yang ketiga, isteri atau suami Anda dapat membuat masalah dan membawamu ke pengadilan. Di Tibet, sangatlah berbeda adanya. Jadi, seorang wanita dapat mempunyai banyak suami. Seorang wanita dapat kawin dengan seluruh saudara dari satu keluarga. Tidak, saya tidak bercanda. Anda dapat membacanya sendiri. Anda tahu jika Anda membaca buku Swami Vivekananda. Apakah Anda telah membacanya? Beberapa buku tersebut, tidak? Beliau menceritakan pengalamannya tentang hal ini. Beliau berkata bahwa ia terkejut dan menanyakan seorang saudara kenapa mereka melakukan hal seperti ini. Kenapa mereka hanya mengawini seorang wanita, lima atau enam saudara. Dan saudara tersebut berkata: "Di Tibet, adalah merupakan hal yang egois untuk tidak berbagi sesuatu yang baik dengan saudara-saudaramu." Jadi ia terus menekankan tentang hukum relativitas dan adakalanya moralitas di dunia ini.

Jadi, di setiap negara kita harus hidup sesuai dengan hukum di negara itu agar tidak menimbulkan masalah, mengecewakan diri kita sendiri dan orang lain. Sehingga, kita tidak dapat mengatakan, "Baiklah, orang-orang Tibet adalah seperti itu, maka kita orang-orang Amerika belajar melakukan hal yang sama." Kita tidak dapat demikian. Kita tidak dapat hanya mencontoh begitu saja setiap orang. Hal yang sama seperti orang-orang Au Lac, orang-orang China, atau orang-orang dari negara manapun. Mereka tidak dapat mencontoh tradisi negara lainnya. Mereka boleh menghormati hukum di negara mereka. Tetapi terdapat juga hukum tidak kasat mata lainnya yang berkaitan dengan emosi dan suatu cara kehidupan yang tidak dapat mereka contoh.


Hukum Alam Semesta Kekal Adanya

Nah, kita mempertimbangkan bahwa apabila kita hidup di setiap negara, kita harus mengikuti hukum yang berlaku di negara tersebut. Jadi, kalau kita berada di alam semesta, kita juga harus mengikuti hukum alam semesta kita. Hukum tersebut akan melindungi kita dari merosotnya ke dalam tingkat yang keberadaan yang lebih rendah. Sebagai contoh, ketika kita berada di suatu negara, dan kita melakukan semacam kriminalitas atau melanggar hukum, kita akan dipenjarakan atau terkena semacam denda. Bukan? (Hadirin: Ya) Sekarang jika kita tinggal di alam semesta ini dan melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan hukum alam semesta, maka kita juga harus ditempatkan di semacam keberadaan lainnya yang mana tidaklah sangat menyenangkan buat kita. Itulah yang dinamakan karma, hukum akibat."Sesuai dengan yang Anda tabur, maka akan Anda tuai". Dengan demikian, apabila kita ingin hidup secara serasi dan tidak ingin mengalami situasi yang tidak menyenangkan buat diri kita, kita harus mempelajari beberapa hukum alam semesta. Dan bahkan moralitas standar berbeda dari satu negara ke negara lainnya. Memang sangatlah sulit memberitahukan orang-orang di suatu negara untuk menerima hukum yang berlaku di negara lainnya, namun hukum universal senantiasa sama.

Ketika kita melihat hukum manusia, hukum tersebut berbeda dari negara yang satu dengan negara lainnya, hukum tersebut berbeda dari negara yang satu dengan negara lainnya. Dan bahkan ketentuan susila berbeda dari negara yang satu dengan negara lainnya. Sehingga sulit untuk mengatakan kepada orang dalam suatu negara agar menerima hukum di negara lainnya. Tetapi hukum alam semesta selalu dan senantiasa sama. Sebagai contoh, di Alkitab dikatakan bahwa, "Janganlah membunuh. Janganlah menyeleweng Janganlah mencuri. Kasihilah tetanggamu, kasihilah musuhmu, dsb..." Hal-hal seperti ini tidak akan berubah.

Jika kita ingin mengetahui Tuhan atau yang hakekat Kebuddhaan kita, Tuhan atau hakekat Kebuddhaan buat saya adalah hal yang sama. Saya telah mengalami hal tersebut. Anda dapat memanggilnya Tuhan atau hakekat Kebuddhaan. Saya tahu hal ini adalah sesuatu yang sama, hanya suatu perbedaan dalam pengucapannya saja. Nah, apabila kita ingin mengalami hakekat Ketuhanan atau hakekat Kebuddhaan kita, atau apa yang kita namakan Wajah Sejati, kita haruslah mengikuti hukum ini. Dan untuk mengikuti hukum ini bukanlah satu-satunya hal yang harus kita lakukan. Tetapi itu merupakan suatu kondisi awal jika kita ingin mengetahui Tuhan atau kita ingin mengetahui hakekat Kebuddhaan. Sehingga dalam Alkitab dikatakan, "Sebenarnya, Aku berkata kepadamu, kecuali engkau dilahirkan kembali, kecuali engkau menjadi seorang anak kecil, engkau tidak dapat memasuki kerajaan Allah." Dalam Taoisme, Lau Zi juga mengatakan bahwa kita harus suci kembali seperti seorang anak kecil. Juga di dalam Buddhisme, salah satu dari Sesepuh agung kita adalah Hui-neng. Hui-neng adalah Sesepuh Ke-enam Buddhisme Zen di China. Tetapi dia aslinya, menurut sejarah adalah kelahiran Au Lac. Sekarang saya tidak akan beradu pendapat mengenai hal ini, karena orang-orang China ingin mengakuinya. Jadi, kita pun menawarkannya kepada mereka. Tidak apa-apa. Bagaimanapun beliau universal adanya, tetapi ini hanya untuk informasi Anda. Karena saya harus membicarakan kebenaran, selalu berbicara kebenaran. Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang siapa dia, Anda dapat berbicara dengan saya kemudian. Kita tidak ingin membahas tentang tempat lahirnya atau akte lahirnya, hanya menyebutkan sedikit saja. Jadi, beliau berkata seperti ini, "Ketika saya bermeditasi, saya hanya melihat ke dalam kesalahanku sendiri, saya tidak melihat ke dalam kesalahan orang lain." Itu berarti Anda menjadi suci, Anda tidak mengkritik orang lain, Anda hanya seperti seorang anak kecil. Bukankah hal-hal tersebut sesuatu yang sama? Ya? (Hadirin: Ya, mereka sama adanya).

Kalian benar. Karena siapapun yang tercerahkan dan yang telah melihat sekejap atau beberapa kejap ke dalam hakekat sejati hakekat Ketuhanan atau Kebuddhaan akan mengatakan dan mengungkapkan pendapat yang sama. Mereka tidak dapat mengatakan hal yang sebaliknya. Mereka hanya dapat mengatakan kebenaran dan tiada lain selain kebenaran. Kebenaran bisa saja aneh, bisa saja tidak begitu dikenali oleh kebanyakan orang. Meskipun demikian, sangat dikenali oleh mereka yang memiliki kebijakan dan yang telah merasakan kedekatan dengan kebenaran. Kita dapat mengatakan kepada diri kita sendiri, "Saya tidak pernah belajar apapun sebelumnya", "Saya tidak pernah ke gereja", "Saya tidak pernah ke tempat vihara manapun." "Saya bahkan tidak pernah membaca Sutra apapun." Tetapi itu bukanlah berarti Anda tidak mengetahui kebenaran. Anda mungkin saja telah mengetahui hal-hal tersebut atau mungkin saja telah mengetahui kebenaran dalam kehidupan sebelumnya. Jadi, hanya dibutuhkan air sedikit lebih banyak untuk biji agar bertunas kembali.


Manfaatkan Daya Otak Untuk Mengembangkan Secara Penuh Kekuatan Tersembunyi Kita.

Saya baru saja mengatakan tentang Guru Hui Neng. Dia buta huruf. Dia tidak dapat membaca, tidak dapat menulis. Tetapi ia terkenal selama berabad-abad dan bahkan semakin populer saat ini, sejak Buddhisme Zen, atau Ch'an atau Buddhisme China menunjukkan jalannya ke Barat. Karena hakekat Ketuhanan atau Kerajaan Allah berada di dalam diri kita, atau hakekat Kebuddhaan dilahirkan di antara kita. Inilah apa yang kita namakan "kebijakan" dalam istilah ilmiah, atau apa yang kita namakan sebagai 95 persen dari kemampuan yang tidak kita manfaatkan. Mengertikah? Karena para ahli telah membuktikan bahwa kita hanya menggunakan 5 persen kebijakan kita, dari kapasitas otak kita. Yang dapat menggunakan 100 persen kebijakan atau kecerdasannya yaitu Sang Buddha, Kristus, Lau Zi, Krishna atau Muhammad, atau siapapun yang kalian percaya memiliki daya otak terbesar di dunia kita. Mereka adalah yang mengetahui rahasia memasuki keseluruhan kerajaan kecerdasan kita.

Nah, adakah terdapat jalan untuk menguasai 100 persen kecerdasan kita? Ya, terdapat jalannya. Itulah yang kita namakan Kerajaan Allah. Semuanya terdapat dalam diri kita. Nirwana juga merupakan hal yang sama. Para Buddha dan Kristus semuanya berasal dari kerajaan Allah. Tiada siapapun yang terlahir tanpa adanya kerajaan Allah ini atau tanpa hakekat Kebuddhaan, seperti ombak yang berasal dari lautan. Jadi, apakah terdapat suatu jalan untuk menguasai 100 persen kecerdasan kita ini? Ya, terdapat jalannya. Terdapat banyak jalan. Ada jalan pendek, jalan panjang, jalan besar, jalan kecil, jalan mudah dan jalan sulit. Beberapa orang melakukannya dengan berdoa, berpuasa, hal-hal sederhana atau berbagai jenis usaha lainnya. Hal-hal tersebut telah kita baca dalam buku-buku kebijakan kuno. Bagaimana orang mengorbankan segalanya agar dapat menemukan Tuhan dan menemukan hakekat Kebuddhaan. Tetapi saat ini, jika kita mengikuti jalur kaku tersebut akan terlalu sulit, terlalu memakan waktu. Kita tidak dapat pergi begitu saja ke dalam hutan dan meninggalkan sama sekali kehidupan bermasyarakat.

Jaman dahulu, orang-orang memiliki lebih sedikit keinginan dan lebih sedikit kesenangan dalam kehidupan. Walaupun mereka menginginkannya, mereka tidak dapat memperolehnya. Saat ini kita memiliki lebih banyak godaan karena banyaknya kemudahan. Adakalanya, kita tidak menginginkan ini dan itu. Tetapi tetangga memilikinya, dan isteri tidak akan membiarkan kita berehat sampai ia memiliki hal yang sama, ataupun kebalikannya dari pihak suami. Tempo dulu, orang-orang akan puas jika mereka memiliki hanya beberapa pakaian atau sedikit makanan untuk dimakan.Tidak ada koran, komunikasi, tidak ada TV, ataupun tidak ada barang-barang lainnya seperti itu. Sehingga orang-orang tidak tergoda untuk menginginkan lebih banyak barang. Jadi mereka mempunyai lebih banyak waktu. Mereka dapat memanfaatkannya untuk berlatih pada hobby mereka seperti menemukan Tuhan.


Menemukan Tuhan Adalah Hobby Yang Paling Menyenangkan.

Nah, bagaimanapun menemukan Tuhan juga merupakan suatu hobby. Buat saya, itu adalah suatu hobby. Suatu hobby yang sangat menyenangkan. Orang-orang memiliki berbagai hobby yang berbeda, mereka lupa akan hobby yang terbesar. Itu adalah bagaimana menemukan Tuhan, bagaimana menemukan hakekat Kebuddhaan dalam diri kita. Saya dapat memberitahukan Anda, bahwa menemukan Tuhan tidaklah sesukar memperoleh uang. Kita bekerja sangat keras, 8 - 10 jam sehari, dan bahkan kemudian dapat dengan cepat dihamburkan jika kita tidak hati-hati. Meskipun kita hati-hati, pada akhirnya kita hanya mendapatkan sedikit, dan sedikit lebih banyak untuk hari tua, tidak ada yang lain. Tetapi jika kita menemukan kerajaan Allah, ianya akan berakhir kekal.

Apapun kecerdasan, kebijakan, kebahagiaan, kesenangan yang kita temukan, akan selalu menjadi milik kita. Tidak pernah sekalipun akan terhamburkan. Tidak pernah sekalipun orang dapat mencurinya dari kita. Dan bahkan kemudian keuntungan materi akan bermunculan. Sehingga dalam Alkitab, dikatakan, "Temukan dulu kerajaan Allah, dan kemudian segala sesuatu akan ditambahkan kepadamu." Itulah sebabnya orang dahulu kala mengetahui dimana adanya kebahagiaan yang kekal, sehingga mereka berlatih suatu jalan kehidupan, suatu Tao, berlatih jalan Buddhis atau jalan Kristen. Anda lihat, saya terlahir sebagai seorang Katolik dan seorang Buddhis, keduanya, jadi saya harus berbicara untuk keduanya. Saya harap Anda tidak mempermasalahkannya.

Juga karena Dr. Tavanty telah memberitahukan bahwa kita, rakyat Au Lac memiliki tradisi keterbukaan, kebebasan berpendapat, dan kebebasan beragama. Jadi saya harus memegang teguh tradisi kami sesuai dengan tradisi Au Lac kami. Di Au Lac seorang suami Katolik dan isteri Buddhis dapat pergi bersama-sama ke gereja di pagi harinya dan pergi ke vihara di sore harinya. Kebanyakan orang-orang kita tidak membeda-bedakan atau melakukan suatu kegiatan tidak bermanfaat tentang siapa yang terbaik dan agama apa yang tertinggi. Jika Anda bahagia dengan agama Anda, baik sekali! Saya bahagia dengan agama saya. Kita dapat mempelajari dari sesama lainnya beberapa hal yang baik. Bagaimanapun, siapalah kita adanya dapat menilai Sang Buddha? Siapalah kita adanya dapat menilai Yesus Kristus? Kita bahkan tidak berada di sana waktu itu. Kita bahkan tidak mengetahui betapa agungnya mereka saat itu, apa yang mereka lakukan. Kita dapat menilainya dari hukum-hukum baik yang mereka tinggalkan untuk kita, dari ajaran-ajaran yang baik, dari contoh terkenal mereka mengenai pengorbanan dan kasih. Sehingga kita mengetahui Yesus adalah baik adanya. Lalu kita mengetahui Buddha adalah agung adanya. Kita tidak dapat mengkritik mereka dalam cara apapun juga. Untuk apa yang telah mereka lakukan bagi kemanusiaan, maka tiada dari mereka yang harus dikritik. Siapapun yang mengikuti Kristus akan menjadi Kristen yang baik. Siapapun yang mengikuti Buddha akan menjadi Buddhis yang terbaik. Itu semua adalah tugas kita. Tidak mengkritik ataupun tidak membanding-bandingkan.


Dapatkan Pencerahan dan Lihatlah Tuhan dengan Seketika

Jadi, untuk itu dalam setiap ceramah, saya tidak akan menekankan orang agar mengikutiku, memotong rambut mereka untuk menjadi pendeta atau bahkan menjadi seorang Buddhis. Jika Anda seorang Kristen, maka Anda akan tetap sebagai Kristen. Jika Anda sebagai apapun, Anda akan tetap demikian. Bahkan jika Anda seorang Ateis, saya juga tidak akan mencoba untuk meyakinkan Anda akan keberadaan Tuhan. Saya hanya akan menunjukkan Anda keberadaan Tuhan atau hakekat Kebuddhaan, dan kemudian Anda akan percaya. Karena jika kita tidak melihat Tuhan, jika kita tidak melihat hakekat Kebuddhaan dalam diri kita, sangatlah sukar adanya untuk percaya, bukan? Sehingga kita tidak dapat menyalahkan seorang Ateis yang tidak mempercayai Tuhan.

Tidak semua orang yang terberkati dengan tanpa penglihatan, tetapi mempercayai. Sehingga untuk beberapa orang yang tidak mempercayai tanpa penglihatan, kami menawarkan suatu kesempatan untuk melihat Tuhan atau untuk melihat hakekat Kebuddhaan. Inilah apa yang kami namakan pencerahan seketika. Mengetahui hakekat diri Anda sendiri, dan mengetahui kerajaan Allah yang kita percayai. Karena pada saat kita tercerahkan, apakah kita adalah Kristen, atau Buddhis atau Taois, kita menemukan hal yang sama, kita menemukan kebijakan yang sama, kerajaan yang sama, Nirwana yang sama. Tiada perbedaan. Saya telah berada di sana. Saya menemukan tidak ada perbedaan. Hanya satu tempat, sama adanya.

Sebenarnya, mengatakan "satu tempat" hanyalah merupakan cara pengucapan saja. Tetapi tidak berarti harus merupakan suatu tempat jika Anda telah tercerahkan. Hal tersebut adalah suatu keadaan pikiran. Suatu tingkat kesadaran, pikiran, pengetahuan, dan pengertian yang lebih tinggi. Itu juga dinamakan kerajaan Allah atau hakekat Kebuddhaan. Bukanlah berarti bahwa Anda terbang ke suatu tempat yang indah setiap hari. Pencerahan mewujudkan dirinya dalam berbagai cara. Anda kemungkinan melihat tempat-tempat yang indah, alam-alam kesadaran, alam-alam keberadaan. Atau Anda kemungkinan mewujudkan kebijakan, dan kebajikan dalam kehidupan setiap hari agar dapat melayani dirimu sendiri, keluarga dekat Anda, negara Anda, dan seluruh dunia.

Ketika Guru India terkenal, Sri Ramakrishna masih hidup, saya harap Anda telah pernah mendengarkan namanya, bukan? (Hadiri: Ya.) Kita tidak dapat mengatakan bahwa beliau adalah seorang Buddhis, jadi jangan katakan bahwa saya hanya membela Buddhisme. Saya sangatlah berpikiran adil terhadap semua Guru Agung. Jadi ketika beliau masih hidup, tentu saja, beliau memiliki bagitu banyak penglihatan tentang Tuhan dan beliau memiliki begitu banyak macam Samadhi. Murid-murid beliau juga begitu senang untuk memperoleh Samadhi yang sama.

Saya harap Anda mengetahui apa itu Samadhi, bukan? Jika Anda tidak mengetahuinya, maka saya akan menjelaskannya. Samadhi berarti bahwa Anda berada di suatu tingkat kesadaran yang lebih tinggi dan Anda kehilangan hubungan luar dengan dunia. Anda bersatu dengan Tuhan. Anda hanya melihat Kerajaan Surgawi. Anda tidak melihat kesengsaraan dan kesakitan, dan tidak mengalami kesengsaraan dan kesakitan dunia atau apapun yang tidak menyenangkan bagi badan dan pikiran. Anda berada dala ketentraman, dalam ektase. Itulah apa yang kita namakan Samadhi. Terdapat berbagai tingkat Samadhi, tetapi saya tidak ingin membahasnya malam ini. Jika Anda mempunyai pertanyaan kemudian, kita dapat membahas lebih mendalam mengenai hal tersebut.


Cinta Kasih adalah Pengalaman Lebih Tinggi dari Samadhi

Nah, murid-muridnya melihat beliau dalam Samadhi beberapa kali sehari, sangat dalam, keadaan tenteram, Nirwana yang dalam. Mereka juga menginginkan hal yang sama. Salah satu murid beliau yang paling maju yaitu Swami Vivekananda, yang sangat terkenal di negara Anda. Ia menanyakan sang Guru, "Dapatkah saya memiliki tingkat pencapaian yang sama seperti Anda?" Dan ia menanyakan begitu banyak kali pertanyaan seperti itu, karena ia tidak memilikinya. Sehingga sang Guru memarahinya, "Bodoh kau, terdapat tingkat yang lebih tinggi dari Samadhi." Nah, apakah yang lebih tinggi tingkatnya dari Samadhi? Itu adalah cinta kasih, suatu penyerahan. Cintailah semua makhluk hidup sebagaimana diri kita sendiri. Cintailah musuh sebagaimana teman. Cintailah tetangga. Cintailah Tuhan di atas segalanya, dan pasrahkanlah segalanya kepada Tuhan. Itulah yang lebih tinggi dari Samadhi. Tetapi terdapat suatu jebakan di sini. Kita sebagai Buddhis juga dapat berkata demikian, kita mencintai Sang Buddha, dan kita mencintai tetangga kita, kita mencintai teman kita, musuh kita, hanya demikian saja. Tetapi terdapat perbedaan antara perkataan dan perbuatan nyata.

Kebanyakan manusia tidak mampu mencapai cinta kasih yang demikian agung, karena kita tidak dilatih dalam cara demikian. Hanya orang-orang yang tercerahkan mampu mencapai cinta kasih yang demikian agung, kasih sayang dan toleransi. Sehingga kita melihat di banyak negara dalam berbagai jangka waktu, orang-orang selalu bertengkar soal pendapat, soal wilayah, soal keuntungan keuangan. Tetapi mereka selalu berkata bahwa itu atas nama cinta kasih untuk negara mereka, cinta kasih untuk agama mereka, cinta kasih untuk kelompok mereka atau saudara laki-laki mereka. Kemungkinan adalah benar bahwa mereka mencintai negara mereka, sehingga mereka pergi dan bertengkar dan menyerbu negara-negara lainnya untuk keuntungan negara mereka. Tetapi itu adalah cinta kasih yang terlalu kecil, terlalu terbatas.

Cinta kasih Buddha dan Kristus melingkupi seluruh dunia, tiada perbedaan ras, tiada warna kulit, tiada keuangan, tiada status. Sehingga, kita melihat murid-murid Sang Buddha memiliki begitu banyak posisi sosial, berbagai posisi sosial, berbagai ras, berbagai warna kulit, berbagai status sosial, dan berbagai kewarganegaraan. Murid-murid Kristus juga sama. Berbagai macam murid, berbagai kewarganegaraan, berbagai kepribadian, berbagai perbedaan kepercayaan akan bersatu dengan sendirinya di bawah naungan seorang Guru yang tercerahkan. Karena cinta kasih sang Guru tercerahkan sangatlah agung adanya. Ianya melingkupi semuanya, dan tiada seorangpun yang merasa tidak termasuk. Dan roh tercerahkan yang demikian tidak akan pernah bertengkar atau menyepelekan seseorang atau suatu negara atau aliran apapun atau agama apapun tetapi mengajarkan cinta kasih universal, kebenaran universal, dan persamaan terhadap semuanya.

Karena itu Yesus berakta, "Semuanya adalah anak-anak Tuhan. Apapun yang dapat saya lakukan hari ini, Anda dapat melakukannya dengan lebih besar besoknya." Beliau tidak berkata, "Saya satu-satunya anak Tuhan." Ia berkata, "Kita semua adalah anak-anak Tuhan. Di dalam rumah Bapaku, terdapat banyak tempat tinggal dan semuanya dapat datang." Demikian juga Buddha mengatakan hal yang sama, "Kita semua dapat menjadi Buddha. Saya telah menjadi Buddha, Anda akan menjadi Buddha. Semua makhluk memiliki hakekat Kebuddhaan." Perkataan-perkataan ini mengandung arti yang sama, mengertikah? Itu adalah persamaan sifat kemanusiaan di mata Tuhan atau di dalam kebijakan Sang Buddha.


Kita Dapat Memasuki Kerajaan Allah Sementara Masih Hidup di Bumi

Saya belum memulai misi saya secara serius sebelum dua tahun. Kapankah inisiasi pertama? Itu terjadi di India. Tepatnya tahun 1983, ketika saya mulai, dipaksa untuk mulai. Sekarang tahun 1989. Enam tahun, hanya enam tahun sejak saya memulai misi saya. Tetapi saya telah menemukan bahwa semuanya benar-benar mewarisi kerajaan Allah. Semua orang memiliki hakekat Kebuddhaan. Dan setiap orang dapat melihat hakekat Kebuddhaan kapan saja, sejauh ia sungung-sungguh menginginkannya, diyakinkan bahwa ia dapat melihat dan sungung-sungguh membiarkan seorang Guru membantunya membukakan pintu untuk mereka. Semuanya dapat melihat, semuanya dapat memasuki ke dalam Kerajaan Allah. Tiada seorangpun, kaya, miskin, kecil, besar, lemah, kuat, cerdas, bodoh, yang telah ditolak masuk ke kerajaan Allah. Tiada pernah seorangpun, sejauh yang saya ketahui. Sehingga, saya mempercayai apapun yang Kristus katakan adalah benar adanya. Kita hanya harus berlaku seperti seorang anak kecil lagi dan baru kita dapat memasuki Kerajaan Allah dan pada saat ini juga semasa di Bumi. Kenapa? Karena Alkitab berkata, "Mari lihatlah, Kerajaan Allah ada di dalam dirimu!" Alkitab tidak mengatakan Kerajaan Allah adalah jauh sekali, dalam jarak 20.000 tahun cahaya. (Guru dan semuanya tertawa.) Tidak! Tidak! Tidak! Ianya mengatakan, "Kerajaan Allah ada di dalam dirimu." Dan Sang Buddah berkata, "Buddha ada di dalam dirimu." Jadi, keduanya mengatakan hal yang sama.

Jika kita ingin menemukan Buddha, jika kita ingin menemukan Tuhan, kita harus merenung ke dalam. Tetapi bagaimana dapat menjadi seorang anak kecil? Hal itu tidaklah mudah, menurut kita. Benar hal itu tidaklah mudah, jika kita melakukan semuanya sendirian, tetapi jika kita memiliki kemuliaan Tuhan dan berkah dari Buddha hidup. Buddha hidup bukanlah tubuh ini. Buddha hidup adalah kekuatan cinta kasih yang mengalir dalam tubuh seseorang dan memberkahi seluruh dunia, mengertikah? Jadi, ketika Sang Buddha masih hidup, beliau berkata bahwa beliau adalah Buddha. Hal itu bukanlah berarti beliau bangga akan kepribadiannya tersebut, keakuannya sebagai Buddha. Tidak! Tidak! Hal itu berarti beliau telah memusnahkan keakuannya. Beliau bukanlah seorang "Aku" yang pada umumnya, tetapi beliau telah bersatu dengan Bapa, bersatu dengan alam semesta, dengan kekuatan daya cipta. Jadi ketika Yesus mengatakan, "Aku adalah anak Tuhan, Aku dan Bapaku adalah satu," hal tersebut tidaklah berarti bahwa beliau begitu sombong dan bangga akan dirinya sebagai suatu individu yang berpribadi. Tetapi beliau mengetahui bahwa beliau telah kehilangan dirinya, dan bersatu dalam lautan kesadaran kebijakan agung.

Jadi, bagaimana menjadi seorang anak kecil? Sangatlah mudah. Kita memerlukan apa yang dinamakan proses pembersihan. Pertama kita harus bertekad mengikuti Perintah Alkitab atau Kitab Suci Buddhis lagi. Dua-duanya mengatakan hal-hal yang sama. Yang pertama dalam Alkitab adalah "Anda jangan membunuh" Di Buddhisme, juga, Anda tidak boleh membunuh. Dan di Hinduisme juga sama --- ahimsa, tidak menyiksa makhluk hidup lainnya --- itulah artinya ahimsa. Dari ahimsa tersebut berpangkal Perintah di Alkitab, di Sutra Buddhis. Kristus juga berada di India selama 19 tahun. Buddha juga pertama kali harus mempelajarinya dari kitab suci Veda. Dan kemudian beliau menjadi Buddha dengan kemauannya sendiri. Jadi, jika kita mengikuti Perintah di Alkitab atau kitab suci Buddhis dan kita mulai mengubah cara hidup kita, maka mulai sejak hari itu, juga dengan kemuliaan Tuhan, kita akan dibersihkan, disucikan seperti seorang anak kecil. Dan kemudian ketika kita disucikan pada saat tersebut, kita melihat cahaya Tuhan, kita melihat Kerajaan Allah atau apa yang dinamakan hakekat Kebuddhaan.

Jadi, ketika Yesus masih hidup, beliau memberikan orang-orang baptisme, membaptis orang-orang. Tetapi bahkan dirinya sendiri harus melalui proses baptisme. Beliau berkata, "Biarkanlah aturan dijalankan." Kenapa beliau harus melakukannya? Walaupun beliau telah agung adanya, dan Yohanes Pembaptis mengetahui bahwa beliau agung adanya. Tetapi karena beliau mengetahui bahwa beliau harus memberikan contoh kerendahan hati, kepercayaan akan kemuliaan Tuhan kepada manusia lainnya. Semua hidupnya adalah suatu contoh kerendahan hati. Sang Buddha Sakyamuni juga sama. Sakyamuni adalah seorang pangeran, sungguh kaya dalam segala sesuatu, sangat cerdas. Beliau dapat memiliki keseluruhan negara, dan kemewahan. Tetapi beliau pergi berkelana selama empat puluh sembilan tahun, bahkan setelah pencerahannya, untuk meminta sedekah [pindapatta]. Permintaan sedekah beliau bukanlah berarti bahwa beliau tidak dapat bekerja atau beliau tidak mampu bekerja. Hanyalah untuk menunjukkan banyak hal, banyak contoh-contoh kepada kemanusiaan. Yang pertama adalah menunjukkan kepada kita ketiada-inginan akan harta kekayaan duniawi. Yang kedua adalah menunjukkan kita bahwa kita semuanya harus bergantung satu dengan lainnya agar dapat hidup. Tiada seorangpun yang lebih tinggi, tiada seorangpun yang lebih rendah. Beliau adalah yang pertama mengajarkan persamaan, menentang sistem kasta yang merupakan gagasan tak tersentuh di India. Beliau mengajarkan dengan contoh dirinya sendiri dan kerendahan hati. Beliau tidak saja mengajar dengan mulut, dengan kata-kata, tetapi beliau mengajarkan dengan contoh hidupnya sendiri.


Jelmakanlah Cinta Kasih Agung Kristus Ke Dalam Hidup Anda

Setiap Guru Agung melakukan hal tersebut. Yesus juga melakukan hal yang sama. Beliau berjalan dengan kaki telanjang. Beliau tidak memiliki tempat untuk membaringkan kepalanya. Sekarang dalam kehidupan kita saat ini, dalam kehidupan moderen saat ini, kita tidak dapat mengikuti secara persis apa yang Buddha atau Yesus lakukan. Tetapi kita dapat mengikutinya dalam hati kita akan cara hidup mereka. Kita harus merasakan suatu ketidak-melekatan untuk dunia ini, dan itu juga merupakan suatu pelepasan. Kita hidup di dunia ini, tetapi kita hidup tanpa adanya dunia. Kita tidaklah harus terlalu serakah akan kesenangan materi. Kita memiliki hal-hal tersebut hanya untuk mempertahankan kehidupan kita, tetapi mengetahuinya di dalam hati kita secara sungguh-sungguh bahwa yang teragung seperti Buddha dan Yesus tidak pernah memperdulikan hal-hal tersebut. Kita mengikuti Buddha di jalan ini, dengan ketidak-melekatan, dengan ketiada-serakahan. Kita mengikuti Kristus di jalan ini dengan ketidak-melekatan, dengan ketiada-serakahan, dan juga dengan mengasihi untuk orang-orang kita.

Nah, orang-orang Amerika telah menunjukkan beberapa cinta kasih Kristiani mereka, akan cinta kasih Kristus dalam beberapa interaksi dunia dengan negara-negara lainnya. Sebagai contoh, negara Amerika telah menerima begitu banyak pengungsi dari berbagai negara. Itu adalah merupakan bagian dari cinta kasih Kristus. Itulah bagaimana kita mengikuti Kristus. Dan mewakili orang-orang Au lac, saya juga harus berterima kasih kepada saudara-saudara dari Amerika yang telah membuka tangan mereka dan menerima beberapa pengungsi dari Au Lac yang benar-benar membutuhkan. Itu juga merupakan bagian dari kasih sayang Buddha. Sehingga, saya mempercayai bahwa jika Anda adalah seorang Kristen yang baik, Anda juga adalah seorang Buddhis yang baik. Tidak ada perbedaan antara seorang Kristen dan seorang Buddhis, sejauh mereka melakukan kebajikan kepada orang lain. Makanya, saya tidak pernah membedakan antara pemeluk Buddhis dan pemeluk Kristen.

Orang-orang Kristen melakukan kebajikan dalam banyak cara, dan orang-orang Buddhis juga melakukan kebajikan dalam banyak cara, hanya kemungkinan berbeda cara melakukannya dan mengerjakannya. Berhati-hatilah bahwa saya tidak terlalu jauh dalam situasi politikal ini. Tetapi saya tidak dapat menahan untuk mengungkapkan pendapat saya. Sebenarnya, karena jika kita tidak dapat mempergunakan secara praktis apa yang kita pelajari dari Kristianitas atau apa yang kita pelajari dari Buddhisme, lalu apa gunanya? Apakah benar demikian? Jadi, kita menunjukkan pikiran keagamaan kita melalui perbuatan-perbuatan kita sendiri. Sehingga, jika kita mengatakan sesuatu tentang situasi dunia, dan amnesti, dan kasih sayang rakyat Amerika atau negara-negara lainnya, itupun juga sangat tepat! Hal ini bertepatan dalam ceramah keagamaan. Tetapi, apa yang ingin saya ungkapkan adalah sesuatu yang lebih konkrit daripada apa yang seharusnya, karena beberapa orang ingin mengenal Tuhan, tidak hanya melayani Tuhan dalam kerangka manusia, tetapi juga ingin mengetahui Tuhan, Tuhan yang transendental, hakekat Kebuddhaan yang transendental.

Kita lihat bahwa Buddha menjadi Buddha dengan cara apa. Kita lihat Kristus bagaimana beliau menjadi begitu agung. Terdapat alasannya, terdapat suatu jalan untuk mencapai keagunggan tersebut. Hanya seperti suatu hal ilmiah. Hanya seperti Anda ingin belajar di perguruan tinggi, Anda harus memiliki kondisi ini dan itu; Anda harus memiliki sejumlah uang, sejumlah kualifikasi dari sekolah tinggi; Anda harus lulus sejumlah ujian, dalam pekerjaan amnesti, dalam pelayanan sosial, kita harus mengetahui hakekat sejati kita; kita harus mengetahui darimana kita berasal; kita harus mengetahui bagaimana agungnya diri kita.


Menjelajahi Kembali Ke Sumber Kita

Nah, kita adalah makhluk agung di masa lalu. Kita telah datang dari kerajaan Allah. Jika kita tidak datang dari Tuhan, lalu darimanakah kita berasal? Tuhan menciptakan segala sesuatu. Jika kita tidak datang dari hakekat Kebuddhaan ini atau Tao, lalu darimanakah kita berasal? Kita mestinya mulai dari sana, dari sumber teragung di alam semesta. Jadi, makanya kita adalah makhluk agung adanya. Ini hanya karena kita lupa, yaitu Kebenaran yang kita lupakan. Nah, terdapat satu jalan untuk mengingat kembali hal-hal ini dengan berjalan mundur kepada sumber yang lebih tinggi, darimana kita berasal. Seperti Anda mengikuti sungai menuju ke laut. Nah, jika Anda ingin pergi kembali ke sumber sungai tersebut, berjalanlah mundur. Jadi, kerajaan Allah ada di dalam diri kita, sehingga berjalanlah ke dalam.

Terdapat suatu jalan untuk melihat kerajaan Allah di dalam diri kita, melihat Buddha di dalam diri kita. Itulah apa yang kita namakan metode pencerahan. Kembali ke hakekatnya. Sang Buddha telah mengikuti metode ini untuk menjadi Buddha. Yesus Kristus telah mengikuti metode ini untuk menjadi putera Allah. Nah jika kita katakan bahwa kita semua adalah anak Tuhan, kita telah menjadi Buddha, jadi kenapa kita perlu berlatih? Ya, memang demikian adanya. Tetapi kita lupa. Sehingga menjadi tidak berguna bagi kita sekarang. Kita harus mengingat lagi melalui usaha yang rajin untuk kembali ke masa lalu, ke ingatan terdalam kita sendiri. Itulah apa yang oleh para ilmuwan dinamakan 95 persen kecerdasan yang tertidur. Dalam 95 persen tersebut terdapat banyak perihal. Nah, dengan hanya 5 persen, kita sudah dapat pergi ke Mars, kita sudah dapat pergi ke bulan. Kita sudah dapat membuat pesawat terbang dan roket dan berbagai macam kemudahan hidup. Apa lagi jika kita menggunakan 95 persen tersebut?

Kerajaan Allah adalah milik kita, jika kita mengetahui bagaimana memanfaatkannya. Kita mengetahui bahwa kita adalah Buddha. Setiap orang mengatakan kita adalah Buddha, atau kita adalah putera Allah, tetapi kita tidak mengetahui dimana adanya keagungan tersebut. Kita hanya mengetahui bahwa kita selalu menderita setiap hari, atau tidak setiap hari tetapi maksud saya kebanyakan hari yang ada. Maafkan saya kalau Anda bahagia, tetapi saya melihat dari kebanyakan orang. Walaupun mereka memiliki uang, memiliki keluarga yang baik, kedudukan, semuanya adalah sementara. Lihatlah negara kami, negara Au Lac, pernah begitu indah, penuh damai. Kita pernah memiliki begitu banyak benda; kita pernah begitu kaya dalam bahan tambang, pertanian, dan kebudayaan. Tetapi kemudian secara tiba-tiba, kita tidak memiliki apapun. Tiba-tiba, semuanya menjadi terbalik, semuanya musnah. Rakyat harus meninggalkan negara, sangat bahaya di laut, dan mereka harus berperang untuk kelangsungan hidup. Banyak orang yang datang ke negara Anda telah menjadi pahlawan di negara kami, telah menjadi jenderal, pemimpin terkemuka, millioner, billioner di negara kami. Mereka bukan saja menjadi miskin. Mereka bukan saja menjadi buta huruf. Mereka bukan saja menjadi tidak berguna sama sekali, orang-orang yang patut dikasihani. Mereka pernah menjadi orang-orang yang mulia di masa lalu, mereka pernah menjadi orang-orang yang bijak, masyarakat terkemuka, kaya, penuh budaya. Itu hanyalah suatu kesementaraan hidup yang adakalanya berubah dan membuat mereka menjadi tidak memiliki apapun yang kemudian menistakan rakyat kami. Kemungkinan hal ini baik untuk mereka, saya tidak mengetahuinya, bahwa kita adakalanya harus belajar untuk turun ke bawah, menjadi rendah hati, dan untuk mengetahui bahwa terdapat suatu kekuatan yang lebih besar daripada kemampuan tangan dan otak manusia kita. Sehingga kita harus berbalik kepada Tuhan, berbalik untuk berlatih menjadi Buddha, menyandarkan diri kepada kekuatan agung dari hakekat Kebuddhaan atau Kerajaan Allah.

Itulah kemungkinan alasannya kenapa kita adakalanya harus belajar melalui bencana untuk mengenali Tuhan. Kalau tidak kita akan terus meraih keberhasilan dalam hidup kita dan dengan menjadi begitu berhasil, kita menjadi terpisah, dan kita lupa darimana kita berasal. Kita adalah anak-anak Tuhan; kita adalah Buddha. Jadi hak kelahiran inilah yang harus kita tuntut. Tidak masalah melalui cara apa. Melalui kebahagiaan, melalui kerinduan, atau melalui bencana.


Hidup Adalah Sementara, Jadi Berlatihlah Sebelum Menjadi Terlambat

Kita harus tercerahkan melalui berbagai cara. Sehingga, sebagaimana telah saya katakan sebelumnya, terdapat begitu banyak jalan untuk menemukan kebijakan dalam diri kita. Jika kita tidak merindukan untuk menemukannya sendiri, adakalanya sang Pencipta akan mengirimkan bencana untuk membangunkan kita. Sehingga kita melihat bahwa sering, pada waktu tertekan dan bencana, kita beroda lebih jujur, lebih hormat kepada Tuhan daripada ketika kita sedang baik-baik, daripada ketika kita sedang bahagia, atau dalam kondisi yang mantap. Bukankah demikian? Jadi, ketika kita memiliki penyakit, atau keluarga kita ada yang meninggal, atau terdapat bencana, barulah kita berdoa. Pada saat itulah kita baru ingat akan Tuhan dengan lebih jernih. "Tolonglah, tolonglah, tolonglah....." Begitu banyak doa.

Nah, kita tidaklah perlu harus menunggu sampai mendapatkan bencana agar ingat untuk berlatih lagi menjadi Buddha atau menjadi seperti Kristus. Kita haruslah berlatih ketika kita memiliki waktu, saat senang, dan dalam keadaan yang baik. Sehingga kita tidaklah harus mengalami bencana. Apa yang kami istilahkan dalam Au Lac adalah: Bersiap-sedia adalah lebih baik daripada menyembuhkan. Kita semua mengetahui ini. Setiap negara akan berkata hal yang sama.Tetapi kita tidak melakukannya. Kita hanya tidak bersiap-sedia. Kita hanya melakukannya, dan kemudian memetik hasilnya dan kemudian kita meratap. Sekarang kita telah melewati 30, 40, 50 tahun kehidupan. Kita haruslah mengetahui sedikit banyak tentang sifat alami kehidupan sementara ini. Kita haruslah memalingkan diri saat ini kepada Tuhan, sehingga pada hari kita meninggalkan dunia ini, Tuhan membukakan kerajaan untuk kita, Buddha menyambut kita. Bukan kegelapan, bukanlah alam keberadaan iblis yang kita namakan kekuatan Setan, atau kekuatan Negatif, atau kekuatan Maya.

Jadi, saya berada disini sebagaimana di tempat lainnya juga, hanyalah untuk menawarkan kepada Anda suatu jalan untuk menemukan Keagungan kita sendiri. Dengan Tuhan, baik dan bagus. Dengan Buddha, juga baik dan bagus. Tanpa Tuhan, tanpa Buddha Anda masih dapat menemukan Keagungan Anda. Karena begitulah adanya Anda, Anda berasal dari Tuhan. Anda terikat untuk kembali kepada Tuhan, apakah Anda mempercayainya ataupun tidak. Begitulah adanya Anda, bagaimanapun Anda tidak dapat lolos. Jadi, saya hanya akan menawarkan kepada Anda apa yang saya temukan sebagai suatu harta karun, suatu harta karun tersembunyi di dalam diriku. Dan saya mengetahui bahwa harta karun tersembunyi tersebut juga berada di dalam diri Anda. Saya hanya dengan senang membantu Anda untuk mengetahui sifat keagungan Anda, harga diri Anda. Dan kemudian Anda hidup di dunia ini sebagai raja, sebagai orang suci, sebagaimana Kristus telah lakukan, sebagaimana Buddha telah lakukan. Dan tidak memiliki sifat rendah diri yang rumit, dan tidak melakukan tugas Anda dengan baik, dan tidak tidur dengan baik, merasa bersalah, memiliki penyakit, berpenyakit badan dan pikiran. Itulah tujuan saya. Sekarang saya akan mengakhiri ceramah saya. Terima kasih!

"Dalam melakukan apapun, termasuk mencari Kebenaran, jika kita tidak mengetahui kunci utamanya, kita dapat terpisah atau terseret kapan saja, karena kita tidak teguh."

Disadur dari ceramah Harvard University, Boston, USA. 27 Oktober 1989.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar